Monday, June 4, 2012

John Sung: Si Pemberani yang Gila


Kekristenan di Cina, sebuah negara komunis yang sering menekan umat beragamanya, berutang besar pada keberanian dan karya besar seorang pendeta yang pernah masuk rumah sakit jiwa, John Sung. Tanpa John Sung udah pasti wajah Kekristenan di Negeri Tirai Bambu itu bakal beda banget ama yang sekarang. Bisa dibilang, John Sung adalah salah satu misionaris Kristen terdahsyat di abad XX yang pernah dilahirkan di tanah Cina dan berhasil menggerakkan bangsanya, dan juga bangsa Asia lainnya, melalui kiprahnya. (cs)

John Sung
Si Pemberani yang Gila

Sejak dilahirkan di Fukien, Cina, tahun 1901, John Sung dibesarkan dengan ajaran-ajaran Kristen yang dianut ayahnya, anggota Gereja Metodis Wesleyan Amerika. Ia sering membantu tugas-tugas gerejawi di lingkungan tempatnya tinggal, karena ayahnya juga menjabat sebagai pastor di gereja setempat. Ia dikenal sebagai “Pastor Kecil,” karena saat ayahnya jatuh sakit atau sedang berhalangan, John Sung berani naik ke mimbar dan bicara di depan jemaatnya.

Sejak kecil, kecerdasannya sangat terlihat sehingga ayahnya mengirim John ke AS buat kuliah. Sambil bekerja membiayai hidupnya sendiri di sana, John berhasil ngedapatin langsung gelar sampai doktor (S3 bidang Kimia) hanya dalam waktu lima taon. Tentu aja apapun yang dia pengen bisa dia dapetin. Posisi yang bergengsi dalam pekerjaan bisa diraihnya dengan gampang. Gaji besar pun siap menunggunya. Popularitas pasti ngikutin dia  kemana-mana dengan gelar doktor kimia itu.

Tapi, dia terhenyak waktu baca sebuah ayat, Markus 8:36, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.Dia jadi sangat gundah memikirkan ayat tersebut. Saat itu, kebetulan seorang pendeta Metodis menghampirinya dan mengajaknya belajar teologi di Union Theological Seminary di New York. Namun justru masa ini menghancurkan semangatnya. Di Union ini, John Sung justru diajarkan banyak hal tentang teologia modern (gagasan bahwa Tuhan sudah mati), bukan ajaran-ajaran yang jelas yang berasal dari Alkitab. John mulai meragukan segala hal yang telah diserapnya sejak dia kecil.

John berkesimpulan kalo emang Tuhan udah mati dan Kristus nggak bangkit, maka nggak ada gunanya dia belajar tentang Kekristenan. Nggak ada gunanya buat siapapun mengikuti Kristus. Dia mulai beralih ke ajaran-ajaran lain dalam kegundahannya itu. Dia terus mencari apa itu kebenaran.

Masa pencarian dalam krisisnya itu berlangsung selama empat puluh hari. Di hari yang ke-40, tanggal 10 Februari 1927, John Sung mengalami suatu keajaiban. Pada hari itu, keinginannya buat hidup udah benar-benar hilang lenyap. Dalam batinnya terjadi kecamuk besar antara mendengarkan yang mana Roh Allah dan yang mana Roh Setan. Tapi di tengah kegalauannya itu, ia bertekun berdoa dan mengakui segala dosa-dosanya.

Mendekati tengah malam, tiba-tiba dia melihat Kristus yang disalib hadir di depan matanya. Kristus berkata langsung padanya, “Dosamu diampuni, dan sekarang namamu adalah John.” Jiwanya diubahkan oleh pengalaman ini. Dia merasa diurapi di atas kepalanya ama Roh Kudus, terus-menerus, dalam gelombang demi gelombang. Di tengah malam itu, dari kamar asramanya yang ada di lantai empat, ia berlari keluar dan berteriak-teriak, “Haleluya! Haleluya!” kayak orang gila.

Selama seminggu berikutnya, dia bicara di depan umum tentang Juruselamat-nya itu. Dia juga nggak sungkan-sungkan nunjuk orang-orang yang berposisi tinggi di Union Theological Seminary dan menuduh mereka berdosa besar karena udah menyesatkan ajaran Tuhan. Karena keberaniannya ini, dia ditangkap dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

Menghabiskan 193 hari di RSJ ini justru menjadi sekolah teologi yang sesungguhnya bagi John. Dia menghabiskan waktunya buat membaca satu buku, yaitu Alkitab, sebanyak 40 kali berulang-ulang, dari awal sampai akhir.

John keluar dari RSJ buat dipulangkan ke Cina, tanpa lulus dari Union. Di tengah perjalanannya, di atas kapal besar yang ditumpanginya, John benar-benar ngerasain kalo dia dipanggil buat melayani Tuhan sebagai pendeta, bukan sebagai yang lain. Kemudian dia membuang seluruh ijazah yang diperolehnya selama bersekolah di Cina, dan cuman menyimpan ijazah doktornya buat dikasihin ke ayahnya. Buat dia, semua itu sudah nggak ada artinya.

Sesampainya di Cina, dia langsung memulai karyanya. Dia berceramah dari kota ke kota tentang Kekristenan, terutama tentang bagaimana manusia telah berdosa dan perlu pengampunan dari Tuhan. Ajarannya keras; baginya, sekedar mengaku dosa dan bertobat saja nggak cukup. Orang harus membayar ganti akibat dosa-dosa yang udah diperbuatnya.

Jemaat yang dilayani oleh Sung selalu merasa tergerak dan banyak yang menangis di tempat kapanpun ia bicara tentang kasih Allah. Namun demikian, John juga dikenal nggak punya rasa takut. Dia berani menunjuk orang-orang besar dan mengatakan kalo mereka salah dan perlu Tuhan, bahkan para pastor sekalipun. Di seluruh Cina, orang-orang membicarakan betapa besar kuasa Tuhan yang dinyatakan pada mereka lewat sosok pendeta yang kurus kecil tapi tegar ini. Dalam waktu kurang dari 10 taon, sekitar 100 ribu orang Cina bertobat karena denger khotbah-khotbahnya. Dia meninggal pada usia yang masih sangat produktif, 43 taon, karena TBC, sebagai penginjil Cina paling berpengaruh pada masanya. [cs]




Copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com

1 comment:

  1. I adore him!!! Really! The best missionary I've ever heard!

    ReplyDelete