Thursday, May 2, 2013

Martin Luther King, Jr. Raja Kecil Yang Berani Bicara




“Aku bermimpi, suatu hari di bukit-bukit Georgia, keturunan-keturunan dari para bekas budak dan para bekas majikannya duduk bersama-sama mengelilingi meja persaudaraan... Aku bermimpi, suatu hari nanti keempat anakku akan tinggal di negeri yang takkan menghakimi mereka berdasarkan warna kulit, melainkan dari kepribadian mereka.” – cuplikan I Have A Dream

Martin Luther King, Jr.
Raja Kecil Yang Berani Bicara

Montgomery, Alabama, tahun 1955 tiba-tiba kacau balau. Gara-garanya seorang ibu berkulit hitam, Rosa Parks, menolak mentah-mentah saat diminta ngasih bangku busnya buat seorang berkulit putih. Dampaknya seluruh warga kulit hitam di kota itu jadi mogok naik bus kota selama lebih dari setahun.

Adalah Martin Luther King, Jr., pendeta kecil yang pemberani yang memimpin gerakan antirasialisme revolusioner yang menggoncang seantero Amerika. Meski sampai dipenjara, King tetap nggak ragu-ragu, apalagi takut, buat neriakin perlawanan terhadap kaum kulit putih yang udah nindas warga kulit hitam. Sejak ratusan tahun lalu, mereka memang dibawa dari Afrika sebagai budak.

“Agama yang benar harus peduli terhadap kondisi sosial manusia, tidak hanya melulu bicara soal Tuhan dan kekekalan. Agama harus bisa mendamaikan seseorang dengan orang lain, dan dengan dirinya sendiri,” tulis King dalam bukunya Stride Toward Freedom.

Tepatnya 381 hari kemudian, Mahkamah Agung AS menetapkan: bangku bus kota nggak boleh dibeda-bedakan buat siapapun, baik warga kulit putih maupun kulit berwarna. Mereka semua yang telah gigih membela persamaan hak kulit hitam akhirnya menang.

Satu kemenangan belum apa-apa. King sadar, masih banyak prasangka terhadap orang hitam yang perlu dihapus karena nggak beralasan. Makanya lewat Civil Rights Movement (CRM) yang dimotorinya, King ngumpulin pemimpin-pemimpin gereja AS bagian selatan buat ngereformasi HAM dan menegakkan moral. Dalam aksi protesnya, King selalu menerapkan prinsip-prinsip antikekerasan Gandhi yang dianggapnya sukses membawa perubahan di India. Tuntutan CRM sangat jelas: penindasan dan prasangka rasial harus dihapuskan.

Di masa itu, kesuksesan CRM sungguh luar biasa. Meskipun banyak dicemooh masyarakat, sampai dicap “pendeta munafik” oleh Presiden Lyndon Johnson dan FBI yang menghubung-hubungkan King dengan gerakan komunisme, King berhasil mengumpulkan seperempat juta orang dari berbagai ras di jantung Washington. Pada momen inilah King menyampaikan orasinya yang berapi-api, I Have a Dream, salah satu pidato terbaik sepanjang sejarah AS.

Di tahun 1968, lewat Poor People’s Campaign, King lagi-lagi ngegerakin massa di seluruh AS buat nuntut keadilan ekonomi bagi rakyat miskin. Namun sayangnya, tanggal 4 April 1968 King menemui ajalnya. Seperti idolanya Gandhi, King tewas ditembak ketika sedang bersiap-siap pidato dari balkon hotelnya di kota Memphis.

Kematian King menyulut kerusuhan di 60 kota lebih. Saat pemakamannya, hampir setengah juta orang hadir. James Earl Ray, tertuduh pembunuh King, ditangkap dua bulan kemudian. Tapi banyak yang menduga, Ray hanyalah noktah kecil dari konspirasi besar untuk membunuh King dan menghentikan segala tingkahnya yang meresahkan banyak pihak.

Tentu saja, kematian King nggak otomatis menghentikan visi mulianya. Selama masih ada yang ditindas karena ras mereka, semoga gerakan perlawanan antikekerasan yang telah dicontohkan King dan Gandhi nggak akan pernah mati.** [cs]


TENTANG SANG ‘RAJA’
Termasuk 10 Martir Abad XX yang patungnya dipajang di Pintu Besar Barat di Westminster Abbey, London.
Penerima Nobel Perdamaian termuda (usia 35) atas perlawanan tanpa kekerasannya dalam menghapuskan prasangka berdasarkan ras.
17 Januari 2000: kali pertama Martin Luther King Day dirayakan di seluruh negara bagian AS.
Tempat lahirnya di Atlanta dijadikan Situs Sejarah Nasional AS.

No comments:

Post a Comment