“Aku bermimpi, suatu
hari di bukit-bukit Georgia, keturunan-keturunan dari para bekas budak dan para
bekas majikannya duduk bersama-sama mengelilingi meja persaudaraan... Aku
bermimpi, suatu hari nanti keempat anakku akan tinggal di negeri yang takkan menghakimi
mereka berdasarkan warna kulit, melainkan dari kepribadian mereka.” – cuplikan I Have A Dream
Martin Luther King, Jr.
Raja Kecil Yang Berani Bicara
Montgomery, Alabama, tahun 1955 tiba-tiba kacau
balau. Gara-garanya seorang ibu berkulit hitam, Rosa Parks, menolak mentah-mentah saat diminta ngasih bangku busnya
buat seorang berkulit putih. Dampaknya seluruh warga kulit hitam di kota itu
jadi mogok naik bus kota selama lebih dari setahun.
Adalah Martin
Luther King, Jr., pendeta kecil yang pemberani yang memimpin gerakan
antirasialisme revolusioner yang menggoncang seantero Amerika. Meski sampai
dipenjara, King tetap nggak ragu-ragu, apalagi takut, buat neriakin perlawanan terhadap
kaum kulit putih yang udah nindas warga kulit hitam. Sejak ratusan tahun lalu, mereka
memang dibawa dari Afrika sebagai budak.
“Agama yang benar harus peduli terhadap kondisi sosial manusia, tidak
hanya melulu bicara soal Tuhan dan kekekalan. Agama harus bisa mendamaikan
seseorang dengan orang lain, dan dengan dirinya sendiri,” tulis King dalam bukunya Stride
Toward Freedom.
Tepatnya 381 hari kemudian, Mahkamah Agung AS
menetapkan: bangku bus kota nggak boleh dibeda-bedakan buat siapapun, baik
warga kulit putih maupun kulit berwarna. Mereka semua yang telah gigih membela
persamaan hak kulit hitam akhirnya menang.
Satu kemenangan belum apa-apa. King sadar, masih
banyak prasangka terhadap orang hitam yang perlu dihapus karena nggak beralasan.
Makanya lewat Civil Rights Movement
(CRM) yang dimotorinya, King ngumpulin pemimpin-pemimpin gereja AS bagian
selatan buat ngereformasi HAM dan menegakkan moral. Dalam aksi protesnya, King
selalu menerapkan prinsip-prinsip antikekerasan Gandhi yang dianggapnya sukses
membawa perubahan di India. Tuntutan CRM sangat jelas: penindasan dan prasangka
rasial harus dihapuskan.
Di masa itu, kesuksesan CRM sungguh luar biasa.
Meskipun banyak dicemooh masyarakat, sampai dicap “pendeta munafik” oleh Presiden Lyndon Johnson dan FBI yang
menghubung-hubungkan King dengan gerakan komunisme, King berhasil mengumpulkan
seperempat juta orang dari berbagai ras di jantung Washington. Pada momen
inilah King menyampaikan orasinya yang berapi-api, I Have a Dream, salah satu pidato terbaik sepanjang sejarah AS.
Di tahun 1968, lewat Poor People’s Campaign, King lagi-lagi ngegerakin massa di seluruh
AS buat nuntut keadilan ekonomi bagi rakyat miskin. Namun sayangnya, tanggal 4
April 1968 King menemui ajalnya. Seperti idolanya Gandhi, King tewas ditembak
ketika sedang bersiap-siap pidato dari balkon hotelnya di kota Memphis.
Kematian King menyulut kerusuhan di 60 kota lebih.
Saat pemakamannya, hampir setengah juta orang hadir. James Earl Ray, tertuduh pembunuh King, ditangkap dua bulan
kemudian. Tapi banyak yang menduga, Ray hanyalah noktah kecil dari konspirasi
besar untuk membunuh King dan menghentikan segala tingkahnya yang meresahkan
banyak pihak.
Tentu saja, kematian King nggak otomatis menghentikan
visi mulianya. Selama masih ada yang ditindas karena ras mereka, semoga gerakan
perlawanan antikekerasan yang telah dicontohkan King dan Gandhi nggak akan
pernah mati.** [cs]
TENTANG SANG ‘RAJA’
Termasuk 10 Martir Abad XX yang patungnya dipajang
di Pintu Besar Barat di Westminster Abbey, London.
Penerima Nobel Perdamaian termuda (usia 35) atas
perlawanan tanpa kekerasannya dalam menghapuskan prasangka berdasarkan ras.
17 Januari 2000: kali pertama Martin Luther King Day dirayakan di seluruh negara bagian AS.
Tempat lahirnya di Atlanta dijadikan Situs Sejarah
Nasional AS.
No comments:
Post a Comment